B. Perumusan Masalah Penulisan Karya Ilmiah / Penelitian
Seringkali terjadi seorang peneliti mengalami kebingungan
setelah sekian proses penelitian berjalan. Kebingungan itu diantara lain
disebabkan oleh tidak adanya fokus yang jelas dari kasus fenomena atau
permasalahan yang sesungguhnya hendak diteliti. Tidak sedikit seorang peneliti
tidak mengetahui dengan persis permasalahan, hasil temuan dari peneliti yang
telah dilaksanakan. Akibatnya tidak sedikit peneliti yang setelah diuji oleh
penguji atau ketika ditanya oleh pemesannya mengalami kebingungan, tahu banyak
masalah tetapi tidak mampu mendesain pengetahuan itu menjadi pengetahuan yang
bermanfaat. Jujun S. Suriasumantri menyebut peneliti seperti ini (penelitian
yang tidak focus) sebagai seorang bangunan, bukan seorang arsitek.
Perumusan masalah merupakan langkah
yang sangat penting bagi seorang peneliti. Masalah yang dirumuskan secara baik dan
benar akan sangat membantu. Dari perumusan masalah tersebut, seorang peneliti
akan diberitahu apa yang seharusnya mereka lakukan dalam penelitian semenjak
pengkajian teori, perumusan hipotesis, pemilihan rancangan penelitian,
penentuan peubah penelitian, pemilihan metode, dan alat serta pemilihan teknik
analisis yang sesuai.
Hal tersebut dapat terjadi karena
semua aktivitas yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan pada hakikatnya
adalah untuk mencari jawaban terhadap masalah penelitian yang dirumuskan, oleh
karena itu jika masalah telah dirumuskan dengan baik akan lebih mudah bagi
peneliti untuk mencarikan jawabannya.
Amir (2009:78-79) menyatakan bahwa, di dalam suatu
penelitian masalah tersebut perlu dirinci dengan cara :
1)
Rumuskan masalah secara jelas,
singkat, termasuk konsep-konsep yang digunakan.
2)
Masalah harus dibatasi, bagian
mana yang digarap, mengapa bagian itu yang diambil.
3)
Gambarkan pentingnya masalah ;
(a) Sumbangannya terhadap perkembangan ilmu,
(b) Kegunaan praktis (bila ada),
(c) Hubungan dengan penelitian lain, dan
(d) Kegunaan yang lebih umum.
Ada beberapa petunjuk umum yang
perlu diikuti atau diperhatikan peneliti dalam merumuskan masalah penelitian,
antara lain :
1)
Masalah penelitian harus
dinyatakan dalam kalimat Tanya;
2)
Kalimat (kalimat Tanya)
tersebut harus singkat, jelas, dan operasional;
3)
Inti masalah tampak jelas dan
tidak merupakan pertanyaan yang membingungkan.
Perumusan masalah merupakan
pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan
diteliti, yang didasarkan pada pembatasan masalah. Rumusan masalah dinyatakan
dengan kalimat pertanyaan.
Namun
disisi lain rumusan masalah sebenarnya juga dapat dirumuskan dalam kalimat
pernyataan. Sebagai contoh rumusan masalah tentang penelitian yang berjudul
“Kajian Kinerja Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Di Lima Wilayah
Contoh Pelaksanaan Program PMT-AS: Studi Kasus Provinsi Sulawesi Selatan” yang
disusun oleh Aswatini Raharto, Yulfita Raharjo dan Bayu Setiawan (1998:4)
merumuskan masalah sebagai berikut:
PMT-AS yang baru berjalan satu tahun ini, masih
terlalu dini untuk dilihat hasilnya. Akan tetapi konsep serta kinerja
pelaksanaan program perlu terus dicermati dan dikembangkan dalam usaha mencari
bentuk yang lebih tepat dalam penyelenggaraannya. salah satu perspektif yang
perlu diketahui dan diakomodasi dalam kinerja penyelenggaraan PMT-AS, adalah
tanggapan dari peserta yang terlibat langsung dengan program, khususnya
ditingkat masyarakat. Dengan demikian tanggapan mereka, baik dalam bentuk
aspirasi, keinginan, keperluannya, saran-saran, diharapkan menjadi masukan yang
berguna sekali dalam penyempurnaan kinerja perencanaan, maupun pelaksanaan
program termasuk didalamnya kelembagaan yang mengelola program. Hal ini
mengingat PMT-AS adalah program dari atas,
yang dirumuskan secara nasional, untuk diterapkan diseluruh wilayah Indonesia;
sedangkan masyarakat kita mempunyai keragaman yang amat besar, baik dilihat
dari segi tipe masyarakat, sosial budaya, perkembangan sosial-ekonomi dan dari
segi aksesibilitas, yang masing-masing dapat mempengaruhi aplikasi PMT-AS.
1. “Belum diketahui tentang gambaran fenomena secara
khusus; atau belum diketahui diskripsi fenomena secara khusus”.
2. Belum dapat dijelaskan tentang terjadinya
fenomena; atau belum diketahui tentang eksplansi dari terjadinya fenomena”.
3. “Belum diketahui derajat keberadaan fenomena pada
situasi dan kondisi tertentu.”
Untuk dapat
merumuskan masalah penelitian secara tajam, peneliti harus :
1)
Menguasai teori
2)
Banyak membaca
3)
Memiliki daya observasi yang
jeli
4)
Mengetahui pendekatan apa yang
digunakan dalam memecahkan masalah
5)
Pendekatan tergantung pada
masalah penelitian.
Adapun tujuan dari perumusan masalah
adalah :
1)
Mencari sesuatu dalam kerangka
pemuasan akademis seseorang.
2)
Memuaskan perhatian atau
keingintahuan seseorang tentang hal-hal yang baru.
3)
Meletakkan dasar untuk
memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk
penelitian selanjutnya.
4)
Memenuhi keinginan sosial.
5)
Menyediakan sesuatu yang
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Amir. 2009. Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Aswatini Raharto,
Yulfita Raharjo dan Bayu Setiawan. 1998. Kajian
Kinerja Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Di Lima Wilayah Contoh
Pelaksanaan Program PMT-AS: Studi Kasus Provinsi Sulawesi Selatan. Jakarta:
Puslitbang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
http://sylvie.edublogs.org/2007/05/08/merumuskan-masalah-penelitian/
diakses pada tanggal 03 Mei 2011.