--> June 2012 | .::All About Education::.

23 June 2012

no image

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)


         Setiap metode atau model pembelajaran pasti mempunyai ciri khas sendiri, mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).

Kelebihan :
Pembelajaran kooperatif ini terbukti lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual yang digunakan selama ini. Keunggulan itu dapat dilihat pada kenyataan sebagai berikut :
1.        Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, dan aktivitas belajar.
2.        Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana.
3.        Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani mengemukakan pendapat.
4.        Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi.
5.        Penerapan pembelajaran kooperatif dapa membantu siswa mengaktifkan kemampuan latar belakang mereka dan belajar dari pengetahuan latar belakang teman sekelas mereka (Nur, 1998:9)
6.        Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam (Davidson dalam Noornia, 1997:24)
7.        Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas.

Kekurangan :
1.        Pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI hanya sesuai untuk diterapkan di kelas tinggi, hal ini disebabkan karena tipe GI memerlukan tingkatan kognitif yang lebih tinggi.
2.        Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan.
3.      Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah.
4.      Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman.
5.      Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe GI dengan baik.

22 June 2012

no image

Prinsip Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI)


Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe GI terdapat lima prinsip yang dianut, yaitu:

1.      Belajar Siswa Aktif (student active learning)
Proses  pembelajarn dengan menggunnakan model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan embuat laporan kelompok.
Dalam kegiatan kelompok, sangat jelas aktivitas siswa dengan bekerja sama, melakukan diskusi, mengemukakan ide masing-masing anggota dan megujinya secara bersama-sama, siswa menggali seluruh informasi yang berkaitan dengan toik yang menjadi bahan kajian kelompok dan mendiskusikan pua dengan kelompok lainnya.

2.      Belajar Kerjasama
Proses bekerjasama dalam kelompok untuk membangaun pengetahuan yang tengah dipelajari. Prinsip pembelajaran inilah yang melandasi keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif. Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi, memecahkan masalah dan mengujinya secara bersama-sama, sehingga terbentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka. Diyakini pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan-penemuan dari hasil kerjasama ini akan lebih bernilai permanen dalam pemahaman masing-masing siswa.

3.      Pembelajaran Partisipatorik
Pembelajaran kooperatif juga menganut prinsip dalam pembelajarna partisipatorik, sebab melalui model pembelajarna ini siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama untuk ,eme,ukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.
Sebagai contoh pada saat kelompok memecahkan masalah dalam kelompok belajar, mereka melakukan pengujian-pengujian, mencobakan untuk pembuktian dari teori-teori yang sedang dibahas secara bersama-sama, kemudian mendiskusikan dengan kelompok belajr lainnya. Pada saat diskusi, masing-masing kelompok mengemukakan hasil dari kerja kelompok. Setiap kelompok juga diberi kesemapatan untuk mengemukakan pendapatnya dan mengkritik pendapat kelompok lainnya.

4.      Reactive Teaching
Untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif ini, guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siwa dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran ini untuk masa depan mereka. Jika guru mengetahui bahwa siswanya merasa bosan, maka guru guru harus segera mencari cara untuk mengantisispasinya. Berikut ini adalah ciri-ciri guru reaktif :
a.       Menjadika siswa sebagai pusat kegiatan belajar
b.      Pembelajaran dari guru dimulai dari hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa
c.       Swlalu menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa-siswanya
d.      Mengetahui hal-hal ynag membuat siswa menjadi bosan den segera menanggulanginya.

5.      Pembelajaran yang menyenangkan
Pembelajaran kooperatif ini menganut prinsip pembelajaran yang menyengkan, dalam arti pembelajaran harus berjalan dalam suassana menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan bagi siswa atau suasana belajar tertekan.
Suasana belajar yang menyenagkan harus dimulai dari sikap dan perilaku guru di luar maupun di dalam kelas. Guru harus memiliki sikap yang ramah dengan tutur bahasa yang menyayangi siswa-siswanya. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tidak akan berjalan efektif jika susasana belajar yang adda tidak menyenangkan.

21 June 2012

no image

Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)


 Menurut Bannet (1991) dan Jacobs (1996) karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

            1.        Saling Ketergantungan secara Positif
Saling ketergantungan secara Positif adalah perasaaan antar kelompok siswa untuk membantu setiap orang dalam kelompok tersebut. Saling ketergntungan secra positif berarti bahwa anggota-anggota kelompok merasakan bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama” (Bennet, 1991; Jacob, 1999; Jacob, 1996). Cara-cara mempromosikan saling lketergantungan secara positif dalam kelompok meliputi: tujuan, penghargaan, peranan, sumber, dan identitas.

2.        Tanggung Jawab Individu
Satu hal yang sering terjadi pada saat siswa bekerja dalam kelompok alah adanya beberapa anggota kelompok yang mengakhiri semua pekerjaannya, hal ini dapat terjadi karena beberapa siswa mencoba menghindari bekerja atau karena yang lain ingin mengerjakan semua pekerjaan kelompok. Jadi mendorong setiap orang dalam kelompok untuk berpartisipasi dan belajar adalh suatu unsur yang sangat real dalam pembelajaran kooperatif

3.        Pengelompokkan secara Heterogen
Beberapa pakar pembelajaran kooperatif merekomedasikan bahwa pengelompokkan para siswa secara heterogen menurut prestasi, kecerdaasan, etnik, dan jenis kelamin dapat dilakukan oleh guru. Mencampurkan siswa berdasarkan prestasii didorong untuk mempromosikan sistem tutur teman sebaya, mengelompokkan siswa yang berprestasi rendah dengan model kebiasaan yang baik, dan memperbaiki hubungan antar para siswa.

4.        Ketrampilan-ketrampilan Kolaboratif
Ketrampilan-keterampilan kolaboratif sangat penting dimiliki oleh siswa tidak hanya untuk memperoleh kesuksesan mencapai prestasi maksimal di sekolah, tetapi juga untuk mencapai sukses dalam karir di lusr sekolah bersama teman dan keluarga mereka maupun dengan orang lain.

5.        Pemrosesan Interaksi Kelompok
Merupakan waktu yang diberikan sebagai kesempatan bagi siswa mendiskusikan bahgaimana kelompok mereka bekerjasama. Pemrosesan innteraksi kelompok ini membantu kelompok belajar untuk berkolaborasi dengan lebih efektif. Hal ini dapat ditetapkan selama atau di akhir kegiatan,
Pemrosesan interaksi kelompok memiliki dua aspek (Jacob, 1996). Pertama, menjelaskan tentang keberfundian kelompok. Kedua, kelompok akan mendiskusikan apakah interaksi mereka perlu diperbaiki.

6.        Interaksi Tatap Muka (face-to-face interaction)
Para siswa akan berinteraksi secara langsung antara satu dengan yang lain sementara mereka bekerja. Mereka mungkin berkomunikasi secara verbal dan/ atau nonverbal. Interaksi akan terjadi antar siswa. Ketika para siswa ditanyakan untuk bekerja secara independen untuk seperangkat masalah, mereka secara real mencari dan menemukan jawaban sendiri-sendiri dan kemudian berjumpa dalam kelompok untuk mendiskusikan jawaban-jaawaban tersebut. Teknik ini mencirikan interaksi tatap muka, yang sekaligus membedakannya dengan iklim pemnbelajaran individualistik.

no image

Pengertian Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI)

                        Cohen mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
Cooperative learning will be defined as student working together in a group small enough that everyone participate on a collective task that has been clearly assingn. Moreover, students are expected to carry out their task without direct and immediate supervision of the teacher
Definisi tersebut memiliki pengertian luas, yang meliputi belajar kooperatif (cooperative learning), dan kerja kelompok (group work), juga menunjukkan ciri sosiologis yaitu penekanannya pada aspek tugas-tugas kolektif yag harus  dikerjakan berdama dalam kelompok dan pendelegasian wewenang dari guru kepada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa menyelesaikan materi atau tugas
Menurut Slavin (1995:5) “dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama,  saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok
Sementara itu menurut Artz dan Newman (1990:448), belajar kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa belajar kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktivitas belajar anggota kelompok-kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik.
Model pembelajaran Group Investigation (Penyelidikan Kelompok) ini berasal dari tulisan-tulisan filsafat, etika, dan psikologi sejak tahun-tahun pertama abad ini. Orang pertama yang merintis menggunakan metode ini adalah John Dewey. Dewey memandang bahwa kerjasama dalam kelas sebagai prasyarat untuk mengatasi berbagai persoalan kehidupan yang kompleks dalam demokrasi. Kelas merupakan bentuk kerjasama dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran dengan perencanaan yang baik. Pembelajar adalah partisipan aktif dalam segala aspek kehidupan sekolah, dengan membuat keputusan-keputusan yang menentukan tujuan kemana mereka belajar. Perencanaan kelompok merupakan salah satu modal untuk menjamin keterlibatan siswa secara maksimal.
Model investigasi kelompok berasal dari premis bahwa dalam bidang social maupun intelektual, proses pembelajaran disekolah menggabungkan nilai-nilai yang didapatnya. Interaksi kooperatif dan komunikasi diantara teman-teman kelas dapat dicapai paling efektif dalam kelompok kecil, dimana pergaulan antara teman-teman sebaya dapat dipertahankan.
Keberhasilan pelaksanaan investigasi kelompok sangat tergantung dengan latihan-latihan berkomunikasi dan berbagai keterampilan social lain yang dilakukan sebelumnya. Tahap ini merupakan peletakan dasar (laying the groundwork) bagi pembentukan kelompok (team building). Guru dan siswa melakukan berbagai macam kegiatan yang bersifat akademik dan non akademik yang menunjang terbentuknya norma-norma perilaku kooperatif yang sesuai dan dapat dibawa ke dalam kelas.
Investigasi kelompok ini sangat cocok untuk kajian-kajian yang bersifat terpadu yang berkaitan dengan pemerolehan, analisis, dan sintesis informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah multidimensi. Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari dan menemukan informasi dari berbagai macam sumber di dalam maupun di luar kelas. Kemudian para siswa mengevaluasi dan mensintesiskan semua informasi yang disampaikan oleh masing-masing anggota kelompok dan akhirnya dapat menghasilkan produk berupa laporan kelompok.
Siswa perlu membuat perencanaan kooparatif terhadap bahasan yang akan mereka lakukan. Para anggota kelompok berpartisipasi dalam merencanakan berbagai macam dimensi dan persyaratan yang menjadi bahasan mereka. Biasanya ada pembagian kerja dalam kelompok yang dapat meningkatkan saling ketergantungan positif di antara para anggota. Dalam melaksanakan model Investigasi Kelompok, guru berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator. Guru berkeliling diantara kelompok-kelompok, untuk melihat apakah kelompok-kelompok itu sedang melakukan pekerjaan mereka, dan membantu mencarikan jalan keluar dari masalah-masalah yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok dan pelaksanaan tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Yang terpenting dalam pembelajaran yang menggunakan model Investigasi Kelompok ini, guru harus memberikan contoh (memodelkan) berbagai keterampilan social dan komunikasi yang diharapkan dari siswa.

01 June 2012

no image

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (Ringkasan)



@ Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengoperasionalisasikan konsep adalah :
1.      Penjabarannya bukan merupakan istilah yang sinonim.
Misalnya : Disiplin adalah taat pada peraturan
2.      Tidak dijabarkan dalam bentuk negatifnya.
Misalnya : Disiplin adalah tidak melanggar peraturan.                
@ Konsep adalah penggambaran tentang intisari atau kesimpulan umum dari suatu hal atau suatu gejala sosial.
@ Fungsi konsep adalah menyederhanakan pemikiran tentang suatu hal sehingga timbul keteraturan dan kemudahan komunikasi.
@ Tugas peneliti untuk menurunkan kadar kumumannya secara berjenjang ke tingkat yang lebih khusus atau operasional, yaitu ke tingkat konstrak, variable, dan indicator.
@ Jenjang konstrak, untuk konsep disiplin perlu menjabarkan ke dalam serangkaian ciri-ciri seorang staf yang kita amati dan kira nilai kedisiplinannya.
@ Konsep nyata yang mempunyai variasi nilai disebut variable.
@ Kesalahan dalam menentukan variable akan menyebabkan ketidaksesuaian pengukuran konsep. Semakin tinggi tingkat keabstrakan suatu konsep semakin besar pula kemungkinan terjadi kesalahan pengukuran konsep.
@ Pengukuran yang tepat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu :
1.      Berdasarkan pertimbangan atau penelitian secara ilmiah dari peneliti sendiri.
2.      Menggunakan variable yang sudah pernah dipakai oleh peneliti lain dalam mengukur konsep yang sama.
·         Alat pengumpul data yang banyak digunakan dalam penelitian survey adalah kuesioner dan wawancara secara individual.
·         Sedangkan dalam observasi antara lain digunakan format observasi standar, tes, kaset audio, dan kaset video.
·         Kuesioner sebagai alat pengumpul data umumnya terdiri dari serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengumpulkan informasi penelitian yang dikehendaki.
·         Untuk menyusun kuedioner yang tepat maka perlu diketahui tentang :
a.       Jenis pertanyaan : Pertanyaan tentang fakta diri pribadi responden, Pertanyaan tentang opini dan sikap, Pertanyaan tentang informasi, Pertanyaan tentang keterampilan melakukan sesuatu.
b.      Bentuk pertanyaan : Pertanyaan Tertutup, Pertanyaan Terbuka, Pertanyaan Setengah Terbuka
c.       Prinsip-prinsip dalam merumuskan isi pertanyaan.
ü  Jangan memasukkan dua hal yang ingin ditanyakan dalam satu pertanyaan sekaligus.
ü  Hindari menggunakan kata-kata dengan pengertian yang kabur, tidak jelas.
ü  Hindari pertanyaan yang terlalu umum.
ü  Hindari penggunaan istilah/kata asing yang tidak dimengerti.
@ Yang harus diperhatikan dalam pembuatan petunjuk kuesioner :a. Harus singkat namun lengkap. b. Perlu menjelaskan bahwa jawaban responden tidak ada hubungan dengan nasibnya dan kerahasiaan jawabannya terjamin. c. Berilah petunjuk baru jika tipe jawabannya berbeda dengan tipe sebelumnya.d. Berikanlah contoh bila dianggap perlu.
@ Yang perlu diperhatikan dalam membuat format kuesioner :Format harus menarik, menyenangkan, mudah dilihat, mudah diketahui keseluruhannya, serta mengundang jawaban. Aturlah pertanyaan sedemikian rupa segingga mudah mengisinya. Cantumkan pada amplop dan pada akhir kuesioner alamat untuk mengembalikan kuesioner. Hindari menggunakan kata ‘kuesioner atau ujian.’
@ Uji coba kuesioner / try out ada 2 yaitu : Uji Coba Non Lapangan dan Uji Coba Lapangan
·         Fungsi pedoman wawancara adalah memberikan tuntunan dalam mengkomunikasikan secara langsung pertanyaan-pertanyaan terhadap responden yang akan kita wawancarai.
·         Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat pedoman wawancara :
a.       Harus dapat mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan khusus studi.
b.      Pedoman terdiri dari serangkaian pertanyaan yang akan ditanyakan pada saat wawancara
c.       Rumusan pertanyaan bisa berbeda namun tetap mempunyai pengertian yang sama.
d.      Urutan dan susunan pertanyaan dapat dikontrol oleh pewawancara.
·         Jenis Alat Observasi :1. Format observasi : Anecdotal records, catatan berkala, check list, rating scale, format observasi yang standar 2. Tes , antara lain tes yang diproyeksikan dan tes pengukuran yang standar.3. Penggunaan Kaset Audio dan Video. 4. Pengamatan Berbantuan Komputer
@ Validitas berasal dari bahasa Inggris validity yang berarti keabsahan.
@ Validitas instrument yang sangat diperlukan dalam penelitian karena validitas juga merupakan ukuran mutu dan kebermaknaan suatu penelitian.
@ Dua aspek validitas yang penting adalah ketepatan dan ketelitian.
@ Jenis-jenis validitas : Validitas Permukaan, Validitas Kriteria, Validitas Konstrak.
@ Reliabilitas berarti kemantapan suatu alat ukur.
@ Reliabilitas diperlukan karena menunjukkan ketepatan dan kemantapan suatu penelitian.
@ Tiga aspek reliabilitas : dapat diandalkan (dependability), dapat diramalkan (predictable), dan menunjukkan ketepatan.
@ Untuk mengukur Reliabilitas dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu : metode ulang, metode parallel dan metode belah dua.
@ Etika dalam pengumpulan data : Etika dalam penelitian sosial, Permasalahan etika dalam penelitian sosial, Penelitian mengenai kepatuhan manusia, Diskusi-renungan
@ Fungsi umum etika penelitian : Memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat yang menjadi obyek penelitian, Memberi petunjuk bagi para peneliti dalam melaksanakan tanggung jawabny.
4 Hal yang berkaitan dengan etika dalam pengumpulan data : partisipasi sukarela, anonymitas, kerahasiaan, dan identitas peneliti.